Tahukah anda bahwa meski sama-sama berjenis kelamin pria, pada pasangan gay selalu ada salah satu yang mendominasi hubungan. Menurut penelitian, dominasi tersebut tidak hanya ditentukan dari sifat dan perilaku masing-masing tetapi juga ukuran penisnya.
Kaum gay atau pria homoseksual mengenal sedikitnya 2 peran atau posisi dalam hubungan sesama jenis, yakni top dan bottom. Top adalah pria homoseks yang punya peran lebih dominan, sementara bottom adalah pasangannya yang posisinya lebih banyak 'menerima' termasuk saat berhubungan seks.
Peran atau posisi tersebut biasanya ditentukan berdasarkan sifat atau pembawaan masing-masing. Pria yang berperan sebagai top biasanya memiliki karakter yang kuat, sementara bottom lebih penurut meski kadang-kadang juga tidak selalu demikian.
Namun sebuah studi yang dipublikasikan tahun 2009 mengungkap, sifat dan pembawaan seorang pria bukan satu-satunya penentu posisi dominan dalam hubungan sesama jenis. Faktor lain yang menentukan hal itu adalah ukuran penis, yakni dengan membandingkan mana yang lebih besar.
Dalam studi yang kabarnya menghabiskan dana hingga US$ 9,4 juta atau sekitar Rp 83 miliar ini terungkap, pria gay yang ukuran penisnya lebih besar cenderung berperan sebagai top. Sebaliknya yang berukuran lebih kecil akan berperan sebagai bottom.
Kondisi yang unik terjadi jika masing-masing pasangan gay memiliki ukuran penis rata-rata atau hampir sama. Jika kondisinya demikian, maka keduanya cenderung memiliki sifat versatile atau serbaguna dalam arti sama-sama bisa menjadi top maupun bottom.
Sekedar untuk diketahui, studi yang hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal Archives of Sexual Behaviour tahun 2009 ini belakangan menuai kontroversi di Inggris. Dikutip dari Dailymail, Selasa (19/7/2011), para pengamat mengklaim studi ini memakai uang negara yang diambil dari pajak.
No comments:
Post a Comment