Laman

Wednesday, December 14, 2011

Honda CRV dan Fortuner Juara Kendaraan Rendah Emisi


Honda CR-V RE3 2WD 2.4 CKD A/T dan Fortuner 2.5 G M/T kendaraan dengan emisi terendah versi Kementerian Lingkungan Hidup. Tahukah anda bahwa honda CR-V RE3 2WD 2.4 CKD A/T berbahan bakar bensin dan Toyota Fortuner 2.5 G M/T berbahan bakar solar terpilih sebagai kendaraan dengan emisi terendah versi Kementerian Lingkungan Hidup. Kedua agen pemegang merek kendaraan ini, PT. Honda Prospect Motor dan PT. Toyota Motor Manufacturing, mendapatkan pelakat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup.


Gambar honda crv

Hal itu dilakukan KLH dalam Program Expose Langit Biru 2011, Selasa (14/12/11) di Jakarta yang memberikan penghargaan kepada enam kota dengan kualitas udara terbersih di Indonesia.
Gambar Fortuner

Evaluasi Penaatan Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru melalui Random Sampling. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya KLH dalam mendorong industri otomotif untuk memproduksi kendaraan bermotor rendah emisi dan rendah konsumsi bahan bakar berdasarkan pada teknologi terbaik yang tersedia (Best Available Technology).

Pengukuran KLH pada emisi gas buang kendaraan bermotor tipe terhadap 33 jenis kendaraan bermotor roda 4. Dari hasil pengujian ini, didapatkan nilai terbaik untuk kendaraan berbahan bakar bensin yaitu Honda CR-V RE3 2WD 2.4 CKD A/T dengan nilai 98.118 dan untuk kendaraan berbahan bakar solar yaitu Toyota Fortuner 2.5 G M/T dengan nilai 55.770.

Langit Biru merupakan program KLH yang bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas udara perkotaan dari pencemaran udara, khususnya yang bersumber dari kendaraan bermotor melalui penerapan transportasi berkelanjutan.

Saat ini, pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi di kota-kota besar di Indonesia tidak saja menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas tetapi juga menimbulkan masalah lain seperti kecelakaan lalu lintas, polusi udara, kebisingan, kerugian ekonomi serta kesehatan.

Kerugian ekonomi dan dampak kesehatan akibat pencemaran udara dari sumber bergerak di kota-kota di Indonesia, di tahun 1994 World Bank studi memperkirakan biaya ekonomi akibat pencemaran udara di Jakarta mencapai Rp. 500 miliar. Studi ini menghitung terjadi 1.200 kematian prematur, 32 juta masalah pernapasan, dan 464.000 kasus asthma.

Sementara data Profil Kesehatan Jakarta tahun 2004 menunjukkan sekitar 46 persen penyakit masyarakat bersumber dari pencemaran udara antara lain gejala pernapasan 43 persen, iritasi mata 1,7 persen, dan asthma 1,4 persen, sementara infeksi saluran pernapasan dan masalah pernapasan lainnya selalu berada di jajaran paling atas.

Studi tersebut saat ini sedang diperbaharui oleh KLH melalui Clean Fuel and Clean Vehicle Project, dimana draftreport tahun 2011 menunjukkan adanya 9 penyakit yang langsung berhubungan dengan sumber pencemaran udara.

Hasil laporan sementara menunjukkan biaya ekonomi dari sisi kesehatan yang harus dikeluarkan untuk kota Jakarta saja di tahun 2010 mencapai 37 Trilliun rupiah (sumber : draft study PCFV - KLH tahun 2011).

Dengan pertimbangan hasil inilah KLH melalui program Langit Biru berkeinginan agar pencemaran udara dapat diturunkan, sehingga biaya ekonomi ini tidak terbuang sia-sia dan dapat diturunkan serta digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. 

No comments:

Post a Comment